http://3.bp.blogspot.com/-nUYpHVMz9JE/TWZxI2dX3zI/AAAAAAAAAHk/mc9Cjhqn7A8/s1600/pasar%2Bbaru%2Bbandung.jpg |
Pagi itu aku dimintai istri untuk mengantarnya pergi berjalan jalan ke pusat perbelanjaan Pasar Baru di Bandung. Suasana saat itu memang sangat ramai, banyak para pengunjung yang datang ke sana. Hiruk pikuk, pembeli dan pedagan saling tawar menawar harga, juga orang yang berlalulalang baik pengunjung, penjual asongan juga para kuli pembawa barang, dan saat itu memang suasana menjelang Idul fitri, jadi nampak penuh sesak.
http://theonewith.files.wordpress.com/2009/02/pasar-baru-bandung1.jpg |
http://3.bp.blogspot.com/_ZhyFZTcbk_s/SvPic-Nm0oI/AAAAAAAAAi0/HuS8pbeNmoA/s1600/AMS_0337.JPG |
Setelah beberapa saat kami berdua berjalan, tiba tiba ada seorang kuli pembawa barang menabrak istriku dan barang bawaannya itu mengenai kepalanya. Spontan akupun berniat menegur kuli pembawa barang itu, namun ternyata aku urung melakukannya ketika aku mendengar lebih dahulu istriku melontarkan kata kata kasar karena kesal. Dan saat itu malah aku yang berbailk menegur istriku.... Dia terdiam dan melihat kearahku nampak keheranan, kemudian dia memproters atas apa yang aku lakukan padanya.
Apa yang aku lakukan ini bukan berarti aku merelakan istriku terkena musibah, melainkan justru aku yang lebih tidak relakan istriku celaka karena emosinya, dan itulah yg menjadi musibah yang sesungguhnya. Mesti aku tahu kata kata itu terlontar secara spontanitas, namun patutnya perlu juga aku untuk mengigatkannya.
Bukankah setiap kejadian sudah ada dalam catatnNya dan menjadi takdir kita ketika itu sudah terjadi sehingga bagaimanapun tiada mungkin juga kita menolaknya.
Allah s.w.t. berfirman:
“Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. At Taghobun 11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar